UK Road-trip: From South to North

Oleh: Faaris Mujaahid

Satu dari sejuta kegilaan yang terjadi di penghujung  tahun 2015 adalah road-trip 18 mahasiswa/i nekat dari Southampton. Dengan tujuan Isle of Skye yang berada di utara UK, total perjalanan darat yang kami tempuh pulang-pergi adalah ~3200 km. Misalkan ada yang pernah iseng muterin pulau jawa… total jarak tempuhnya pun hanya ~80% dari total perjalanan mahasiswa/i nekat tersebut.

FYI, perkiraan jarak tempuh mengelilingi pulau Jawa start Cilegon, melewati Tangerang, Jakarta, lanjut di jalur pantura, tembus Lamongan, lalu ke Banyuwangi, putar balik ke arah Jember, lalu lanjut di jalur Selatan Blitar-Pacitan-Jogja, hingga di Cilacap, menyisir pantai selatan Pangandaran, hingga kembali lagi di ujung barat Banten di Cilegon, total perjalanan daratnya adalah ~2600 km.

21486_10153451964423883_2473768386529892468_n java

Perjalanan yang ditempuh dalam waktu 8 hari dengan menggunakan 2 van 9-seater itu singgah di beberapa kota, seperti: Manchester, Liverpool, Edinburgh, Inverness, Drumnadochit dan Fort Augustus, sebelum tiba di tujuan akhir, Isle of Skye. Berikut cuplikan perjalanannya…

21-22 Desember. Tujuan pertama adalah Manchester. Di kota ini kami menginap selama 2 malam di rumah salah satu kawan PPI Manchester. Dikarenakan tersesat dan salah jalur (maklum newbie), akhirnya kami baru tiba di Manchester pukul 9 malam. Perjalanan dilanjutkan keesokan harinya. Pagi-pagi sekali kami berangkat ke kota tetangga, Liverpool, dengan tujuan Albert Dock dan Anfield.

Albert Dock ini bisa dikatakan maskotnya Liverpool, sebuah kawasan ex-pelabuhan kargo dan gudang kapal yang dibangun pada pertengahan abad 18. Saat ini fungsinya sudah tidak digunakan sebagai gudang lagi, dan oleh UNESCO dijadikan sebagai salah satu warisan dunia. Sebagai gantinya, Albert Dock dialih fungsi menjadi kawasan multi wisata, dimana kita bisa berjalan menikmati banyak pemandangan kapal dan bangunan dari abad 18,  selain itu kita juga bisa mengunjungi berbagai macam museum seperti The Beatles (bayar), Slavery (gratis), Maritime (gratis) dan Titanic the Untold Story (gratis).

Setelah dari Albert Dock, rencananya kami ingin melanjutkan ke Anfield, tapi karena sedang renovasi, akhirnya niatan tersebut batal. Perjalanan dilanjutkan ke Manchester, mengunjungi stadion sepak bola terbesar kedua di UK setelah Wembley, Old-trafford Theatre of Dreams. Stadion dengan kapasitas mencapai 75,000 kursi ini memang terbilang mewah dan besar. Beberapa dari kami berkesempatan mengikuti stadium-tour dan rela merogoh kocek 18 £, dengan fasilitas 1 jam tour dan sertifikat bertanda tangan Sir Alex Ferguson (ttd copas). Yang membuat saya terkesan adalah kepedulian stadion ini dalam memberikan fasilitas kepada orang difabel. Para difabel diberikan perlakuan khusus untuk bisa menonton di stadion, seperti jalur dan tempat duduk yang terpisah dari supporter lainnya.

DSC_3456

23 Desember. Dari Manchester, sebelum subuh jam 5 pagi kami berangkat menuju Edinburgh. Melewati perbatasan Inggris-Skotlandia. Selepas dari perbatasan, pemandangannya mulai berubah. Dari yang datar-datar saja (jalan tol), memasuki area pegunungan berbukit-bukit, melewati desa dan peternakan. Sayang sekali rasanya kalau tidur. Tiba di Edinburgh jam 11, dan dikarenakan baru bisa check-in hostel jam 1, kami langsung berpencar sendiri-sendiri menikmati indahnya kota Edinburgh. Secara umum, bangunan kota di Edinburgh sama seperti model old-town lainnya di Eropa, hanya saja disini kondisi jalan/lahannya berbukit-bukit. Jadi, banyak tanjakan dan turunan ketika kita berjalan menikmati kota. Begitu pun jalanan untuk mobil yang tidak terlalu lebar, kami sempat berputar-putar tersesat di dalam kota ketika ingin keluar dari Edinburgh.

Ada beberapa tempat yang cocok untuk ber-selfie ataupun groufie, salah duanya adalah Calton hill dan Edinburgh Castle. Di Calton hill, kamu bisa melihat cantiknya kota Edinburgh dari atas. Selain itu, disana kita juga bisa berjalan santai menikmati beberapa bangunan sejarah, seperti the National Monument of Scotland, Dugald Stewart Monument (seorang filusuf) dan Gothic Tower (bangunan tertua dari kompleks observatory Edinburgh). Kalau kita berdiri di the National Monument of Scotland, di sebelah Tenggara terdapat bukit yang dikenal sebagai Arthur’s seat, tempat lain di Edinburgh yang juga sangat direkomendasikan untuk dijelajah. Dari Calton hil, bisa jalan kaki sekitar 1 jam untuk mencapai Arthur’s seat. Selain dari beberapa tempat yang disebutkan tadi, cobalah untuk melihat-lihat dan berkeliling ke setiap sudut kota. Di malam hari, beberapa bangunan tua diberikan efek lampu berwarna-warni sehingga terlihat lebih cantik.

DSC_3540

24 Desember. Puas dengan mengeksplor kecantikan kota Edinburgh, kami melanjutkan perjalanan ke daerah Loch Ness, sebuah danau yang terkenal dengan monster misteriusnya, Nessie. Dengan panjang lebar 36 km x 2.7 km dan kedalaman rata-rata mencapai 132 m, menjadikan Loch Ness sebagai danau terbesar kedua di UK. Dikelilingi oleh pegunungan dan hutan, menambah nikmatnya perjalanan kami mengelilingi Loch Ness. Di sepanjang perjalanan, di sebelah kiri kami terhampar danau Loch Ness, sementara di sebelah kanan kami terdapat tebing, hutan dan desa silih berganti. Sampai di Drumnadrochit, ada sebuah kastil tua dari abad 16 yang tepat berada di pinggir Loch Ness, bernama Urquhart castle. Kastilnya sudah tidak lengkap, hanya tersisa sebagian bangunan yang masih berdiri. Untuk memasuki kawasan kastil, kita harus membayar karcis masuk sebesar 8.5 £/orang. Setelah membayar, kita akan disuguhkan sebuah film pendek durasi ~15 menit yang menceritakan sejarah tentang Urquhart Castle. Pemutaran filmnya dilakukan di sebuah mini theatre yang cukup untuk menampung sekitar 40an penonton dengan model screen yang ditarik keatas (pull-down). Di akhir film, pull-down screen akan tergulung dengan sendirinya dan tirai/gorden yang berada di belakang pull-down screen yang menutupi jendela besar akan terbuka otomatis, lalu di depan kita akan terhampar landscape eksotis sebuah kastil lengkap dari ujung kanan ke ujung kiri dengan latar belakang Loch Ness. Kastil sebenarnya hampir sama seperti kastil kebanyakan di UK, yang membuatnya spesial adalah posisinya yang berada di sebuah peninsula pendek di pinggiran Loch Ness, pemandangan di sekitar kastil melengkapi kesempurnaan Urquhart Castle. Malamnya kami menginap di Great Glen Hostel, di South Laggan, 45 menit perjalanan ke Selatan dari Urquhart Castle.

DSC_3679

25 Desember. Dari hostel di South Laggan, kami berangkat jam 6 pagi menuju Isle of Skye dengan tujuan pertama adalah Fairy Pools. Isel of Skye adalah sebuah pulau di timur Skotlandia yang terhubung dengan jembatan dari daratan Skotlandia, sehingga tidak perlu repot-repot menggunakan kapal untuk pergi kesana. Menurut Lonely Planet, Isle of Skye merupakan satu dari tiga tempat wisata teratas yang dikunjungi oleh para turis, dua tempat lainnya adalah Edinburgh dan Loch Ness. Pemandangan di Isle of Skye ibarat kalau di Indonesia seperti ke puncak, jalan sempit berliku naik turun dengan hamparan beragam bukit, hutan, jurang dan lukisan alam lainnya. Kalau orang melayu nak cakap, Elok lah sangat!

Seperti namanya yang sedikit imajiner, Fairy pools ibarat kepingan surga yang terjatuh ke bumi, membuat seluruh indra kita menikmati keindahan suasana alamnya. Gemericik air yang mengalir dari puluhan air terjun kecil dan sedang, terdengar begitu merdu di telinga. Bebatuan, sungai, padang rumput dan bukit salju yang tersusun sempurna, terlihat mempesona bagi mata yang memandang. Perpaduan angin barat/westerly, udara dari gunung dan sekitar sungai, menjadikan nafas segar seperti terlahir kembali.

Waktu yang dibutuhkan untuk berjalan-jalan disini sebenarnya nggak begitu lama, 1.5 jam mungkin cukup untuk mengitari sebagian area. Tapi waktu yang dibutuhkan untuk berfoto dan menikmati pemandangan alamnya, seharian tampaknya belum tentu cukup. Selepas dari Fairy pools, kami menuju tujuan berikutnya, Neist point Glendale. Perjalanan kesana sekitar 45 menit.

Neist point – Glendale adalah sebuah kawasan mercusuar tua yang terdapat di bagian paling barat Isle of Skye. Mercusuarnya berada di paling ujung, sayangnya nggak ada jalan mobil untuk sampai kesana, sehingga mobil hanya bisa berhenti sampai area parkir yang berjarak 1 km dari mercusuar. Selanjutnya, kita bisa berjalan kaki untuk mencapai mercusuarnya dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Satu hal yang unik, di tengah perjalanan kalian akan banyak menemui domba-domba, jadi jangan heran kalau di setiap pijakan kaki juga banyak “ranjau” berserakan. Oh iya, Glendale juga terkenal sebagai tempat berburu aurora! Silakan cek website ini.

Di Neist point, kami bertemu dengan teman-teman Southampton yang sama gilanya dengan kami, bedanya mereka menggunakan public transport ke Skotlandia dan menyewa mobil dari Glasgow. Puas dengan jalan-jalan di dua tempat, kami bermalam di Kilmore, sebuah daerah di ujung Timur Isle of Skye.

Fairy poolsNeist point, Glendale

26 Desember. Hari terakhir kami di Isle of Skye. Awalnya kami ingin mengunjungi Old Man of Storr, sebuah landscape bukit berbatuan yang ada menara batunya, menjulang runcing keatas. Kalau kalian google dengan kata kunci “Old Man of Storr”, gambarnya akan terpampang paling atas, karena tempat ini juga menjadi salah satu tujuan favorit para turis yang suka bertualang.

Pada akhirnya, tujuan kami adalah Quiraing. Sama seperti Old Man of Storr, Quiraing adalah sebuah landscape dengan pemandangan luas padang rumput di atas bukit yang bertumpuk-tumpuk. Sejauh mata memandang, hanya terlihat bukit dan padang rumput. Ditambah, angin yang berhembus disini kencang sekali, membuat udara terasa semakin dingin. Wajib hukumnya menggunakan jaket tebal anti angin. Fairy pools, Quiraing dan Old Man of Storr adalah makanan wajib bagi mereka yang menyukai tantangan alam (trekking, backpacking).

Sebelum kembali ke daratan Skotlandia, kami mampir sebentar di Air terjun Kilt Rock. Sebenarnya nggak terlalu besar/tinggi juga air terjunnya, mungkin sama tingginya dengan Grojogan Sewu di Tawangmangu. Tempatnya dipinggir jalan, jadi mudah dijangkau. Dan katanya sih ada jejak tapak dinosaurus disini. Kami hanya sebentar disini, karena harus ke tujuan berikutnya, Aberdeen. Perjalanan kesana sekitar 6 jam, dan kami targetkan sampai disana jam 9 malam, sehingga paling lambat keluar dari Isle of Skye jam 3 sore.

DSC06801

Salah satu harapan kami ketika di Southampton sebelum berangkat ke Skotlandia adalah bisa melihat hujan salju. Hingga hari ke enam, kami belum sekalipun mendapatkan hujan salju. Kalau hanya sekedar salju yang bertebaran di jalan, banyak kami temui di sepanjang perjalanan Edinburgh-Loch Ness dan Loch Ness-Isle of Skye. Tapi, melihat salju turun langsung, belum pernah disepanjang perjalanan. Hingga akhirnya dihari ke tujuh, ketika perjalanan malam dari Isle of Skye ke Aberdeen, salju turun di sekitar Elgin (cmiiw). Tanpa dikomando, kedua van berhenti dan semua penumpangnya turun untuk sekedar merasakan lembutnya salju di tangan, dan yang pasti juga ber-wefie bersama ditengah derasnya hujan salju.

Ternyata, malam itu bukan hanya sekedar hujan salju, tapi sedikit badai. Akibatnya, salju yang menumpuk di jalan makin lama makin tebal, membuat sulit laju kendaraan. Pun begitu dengan kedua van yang kami tumpangi, saya yang kebetulan menyetir van dari Isle of Skye hingga Aberdeen, merasakan sendiri bagaimana sulitnya mengendalikan van di atas salju tebal yang licin. Maksud hati ingin membelokkan van ke kiri, tapi karena licin jadinya malah berbelok ke kanan. Untungnya sebagian besar dari kami laki-laki, jadi van bisa kami dorong untuk kembali ke jalur semula. Ada banyak mobil di jalan yang terpaksa berhenti, karena memang terjebak di jalanan yang bersalju tebal dan dia mungkin hanya sendirian atau berdua. Bahkan, ada mobil yang saling bertabrakan karena licinnya jalan. Belajar dari orang lain, salah satu tipsnya agar tidak selip adalah dengan tidak terburu-buru/cepat mengendarainya dan hindari berhenti ditengah jalan, karena sekali berhenti kemungkinan besar akan terjebak selip dan sulit untuk mengendalikan kendaraan ke posisi semula.

Ada satu cerita lagi sih sebenarnya. Salah satu teman kami, mas Fanny, hampir tertinggal di jalan. Ceritanya, mas Fanny ini awalnya yang nyetir van pertama (paling depan), tapi karena suatu hal, mas Fanny musti keluar mobil dan perannya digantikan Hargem. Sesuai petunjuk orang-orang di jalan, mobil harus tetap berjalan, jadi van pertama harus terus berjalan meskipun salah satu anggotanya (mas Fanny) belum masuk van. Karena komunikasi yang buruk pula, van pertama mencoba memberikan informasi ke van kedua (yang saya kendarai) kalau mas Fanny masih dibelakang dan nitip untuk diikutkan di van kedua. Entah karena buruknya sinyal atau apa, tidak ada satupun dari kami di van kedua yang mendapatkan informasi tersebut. Sampai akhirnya ada panggilan dari walkie talkie kami dari mas Fanny (selama perjalanan 8 hari, kami menggunakan walkie talkie untuk berkomunikasi antara van pertama dengan van kedua).  Singkat cerita, untungnya mas Fanny membawa walkie talkie van kedua dan langsung menghubungi kami. Sehingga saat itu juga semuanya pada keluar mencari mas Fanny yang tertinggal jauh dibelakang, tanpa lampu tanpa teman, sementara saya sendiri tetap menjaga posisi van dengan cara maju-mundur agar tidak selip.

Dua pelajaran yang bisa dipetik dari kejadian badai salju ini adalah; Pertama, pertahankan posisi jalur kendaraan pada kecepatan lambat dan stabil, jangan berhenti! Kedua, jangan tinggalkan temanmu disaat turun salju ditengah jalan yang gelap gulita… 😀

1916861_10153441952653883_1911447701278159500_n

27 Desember. Malam sebelumnya kami menginap di tempatnya mbak Dini, kawannya mas Helmizar. Pagi ini rencananya akan diajak jalan oleh mbak Dini dan teman-temannya ke salah satu kastil cantik di Stonehaven, namanya Dunnottar Castle. Stonehaven berada di sebelah selatan Aberdeen, perjalanand ari Aberdeen ke Stonehaven sekitar 1 jam lewat toll. Dunnottar Castle berada di bukit tepi pantai, karena tempatnya terpisah oleh tebing, untuk mencapai kesana kami harus berjalan kaki dari area parkir terdekat, tapi nggak jauh kok, hanya sekitar 15 menit. Dari bukit satunya kita bisa menikmati Dunnottar Castle dengan latar belakang laut utara (North Sea). Untuk bisa masuk ke kastil ini, pengunjung harus merogoh kocek 6 ‎£ per orang, sedikit lebih murah dari Urquhart Castle. Puas menikmati pantai dan kastil di Dunnottar, kami menuju kampung nelayan di Stonehaven. Katanya sih terkenal dengan fish & chip dan eskrimnya. Karena hari sudah mulai gelap, kami tidak lama berada di kampung nelayan. Sekitar maghrib kami kembali ke Aberdeen. Malam terakhir di Skotlandia

IMG_20151227_130325_HDR

28 Desember. Seperti kata seorang motivator “Success is not the destination; it’s a way to travel”. Perjalanan 8 hari kami berakhir dihari ini, setelah mengunjungi belasan tempat di Utara. Beragam pengalaman kami lewati, mulai dari kedinginan, kelaparan, kehausan, ngantuk, pusing, ditinggal kawan ditengah gelapnya malam, sampai kekesalan yang masih dibawa-bawa sampai ke Soton gegara main Werewolf 😀 . Perjalanan dari Aberdeen ke Southampton sekitar 12 jam, kami sempat berhenti di Newcastle untuk mencari makan sebelum melanjutkan kembali perjalanan. Tiba di Southampton jam 1 malam.

Ke delapan belas mahasiswa/i nekat tersebut adalah: Fanny, Arekha, Navila, Hargem, Hanif, Ito, Sartika, Sherlyn, Helmizar, Icha, Valen, Deto, Tikto, Wimbi, Faaris, Emyr, Tedy dan Vely.

Tempat yang dikunjungi: Manchester, Liverpool, Edinburgh, Inverness, Loch-Ness, Fairy Pools, Neist Point Glendale, Quiraing, Kilt Rock, Aberdeen, Stonehaven dan Newcastle.

920856_10153445245818883_3172486744547393277_o

Penasaran dengan biaya travelingnya, berikut estimasi totalnya (dalam Pound sterling):
Sewa 2 van 9-seater: 1900
Solar 8-hari: 500
Akomodasi: 650
Konsumsi (sebagian): 400
Masuk kastil: 140
Parkir, toll, dll: 100

Semoga bisa menjadi referensi jalan-jalan untuk teman-teman yang baru tiba di Southampton.

Sampai jumpa di episode jalan-jalan gila berikutnya!